SUSUR CIKAPUNDUNG INCU ABAH
Jum’at, 3 Oktober 2008, pukul 05.30 s.d 07.15 (hari ke-3 lebaran)
Peserta dewasa UMAN, Wa IMA, Om UNI
Anak-anak: IMAM, NENG, TAQI, ARI, IBAS, AVIS, DIRA, DAUD, ADIK,
Catatan: Abit masih tidur, Muthi dan Amang jalan-jalan ke sekolah alam dan Tanggulan.
Kami mulai menuruni tangga rumah Suwigno (almarhum), masuk ke pintu benteng. Dulunya sawah tempat Wa Uman moro layangan, sekarang berubah menjadi kebun ilalang yang ada jalan-jalan dan kapling-kapling fondasi. Kata Om Uni, asalnya mau dibikin perumahan tapi gak jadi karena izinnya gak keluar.
Di atas sebelah Selatan berdiri Asrama Putri ITB, bercat putih berlantai 5 (kayaknya). Hampir 90% rampung tapi belum diisi. Di bawah asrama itu, Wa Uman dulu suka mencari “Su’ung” atau jamur dengan Nandang, Yoyo, Eri, Yuyus, atau Ujang bin Usman. Sekarang tinggal kenangan. Sawah tempat moro layangan berubah menjadi
Perjalanan dilanjutkan dengan menuruni sungai. Incu Abah senang sekali. Ibas, Imam, Avis, Daud,
Berjalan sebentar, kami turun lagi ke sungai. Di pinggir sungai berdiri rumah mewah lainnya. Belum berpenghuni pula. Namun, akses dari Rancabentang langsung ke rumah tsb sudah bagus, jalanan hotmix.
Perjalanan di lanjutkan karena tujuan kami adalah Kampung Padi, dimana rumah Bi Empit sedang dibangun. Ternyata kami menemukan sebuah pesantren baru kayaknya. (Waktu Wa Uman kecil Tidak Ada). Di papan pintu gerbang menghadap sungai tertulis: “Pesantren Anak Yatim Gratis Nurul Huda, Menerima Santri Anak Yatim atau Tidak Mampu”. Di depan pintu gerbang itu kami menyebrang karena ada jembatan kecil muat dua orang berselisihan. Di seberang
Juga kami bertemu Abah di atas rumah Solihin GPK. Rupanya Abah, Amang , Muthi ingin menyusul, cuma keburu ketemu di jalan itu yang jaraknya dekat-dekat 500 meter lagi dari rumah Abah. Sampai rumah, kami mandi dan makan.
--- o0o ---