Desain gedung baru DPR yang berbentuk huruf ‘n’ ini diduga mencontek Gedung Parlemen Chile. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Sebastian Salang, Koordinator Forum Masyarakat Pecinta Parlemen Indonesia (Formappi) di Jakarta, Rabu (30/03) kemarin.
“Saya tak bisa membayangkan jika ada perwakilan Chile yang mempermasalahkan ini, bagaimana pula para anggota dewan itu juga ngotot untuk tetap membangun gedung contekan ini, malunya negeri ini,” imbuhnya.
Memang benar, setelah ditelusuri, bangunan gedung baru DPR nanti memang mirip dengan Congreso Nacional di Valparaiso Chile alias Gedung Parlemen Chile.
Menurut arsitek senior dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Slamet Wirasonjaya, gedung kotak berlubang bagian tengah ini terinspirasi dari monumen yang terletak di kawasan distrik bisnis La Defense, Paris, kawasan barat Paris. “ Monumen ini sering disebut sebagai Arche de la Défense atau La Grande Arche.” kata Slamet.
Seperti yang dilansir dari Wikipedia, karya arsitek Denmark Johann Otto von Spreckelsen. Johan memenangkan kompetisi terbuka yang digelar atas inisiatif Presiden Perancis François Mitterand.
Johann yang hidup selama 1929-1987, merancang bangunan itu seperti pintu masuk Arc de Triomphe namun sebagai versi abad ke-20. Sebuah monumen untuk kemanusiaan daripada kejayaan militer.
Konstruksi monumen itu, dibangun pada 1982. Pada kedua sisi Arche diisi kantor pemerintah. Bagian atap, dimanfaatkan sebagai pusat pameran. Struktur vertikal gedung menjadi penopang lift. Struktur gedung itu pernah diceritakan hancur oleh serangga Kamarucas dalam film Godzilla: Final Wars, 2004.
Dari situ, menurut Slamet, bentuk gedung serupa berkembang lewat tangan arsitek yang mengidolakannya, termasuk untuk pembangunan gedung wakil rakyat Congreso Nacional di Valparaíso, Cili, itu, dan mungkin arsitek gedung baru DPR RI. “Bisa jadi terinspirasi, terpengaruh, (gedung itu) menjadi sumber ide, dan referensi,” kata guru besar arsitek itu yang telah pensiun mengajar dalam percakapannya dengan Tempo, awal Februari lalu.
Menurutnya, perkembangan bentuk gedung seperti itu selanjutnya dinilai jelek. “Karena sudah terlalu usang bangunan itu, jadinya pasaran dan tidak ada nilai arsitekturnya,” kata Slamet.
Rancangan gedung baru DPR juga bisa bermasalah jika ada arsitek pembuat bangunan sejenis mempunyai hak cipta dan menggugatnya.
Untuk menyimpulkan arsitek gedung baru DPR menjiplak atau tidak, kata dia, perlu diteliti dan dihitung bentuk-bentuk bangunannya yang sama dengan gedung serupa, misalnya pada pilar atau cat. “Diubah sedikit saja, bisa disebut menjiplak,” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar