Kuil tersebut terletak di tanah cekung dalam suatu lembah, di kedua belahnya terdapat tebing yang curam, dan kira-kira 50 meter di atas tanah. Di dalam kuil terdapat 40 balairung dan paviliun, dan disambung dengan jalan papan di lereng terjal, para wisatawan harus berhati-hati melewati jalan papan tersebut, takut ambruk kalau keberatan. Biar bagaimana pun, balairung yang terpancang di batu cadas tetap solid.
Kecirian bangunan Kuil Xuankong ialah ‘tergantung’ di tengah-tengah gunung terjal, bagian menonjol di atas cadas merupakan payung yang melindungi kuil dari terpaan hujan, dan pada musim banjir, air bah juga tidak dapat menggenangi kuil kuno tersebut.
Kuil tersebut juga ditopang dengan belasan pilar, tapi pada kenyataannya, pilar tersebut sama sekali tidak mempunyai daya penopang, dan yang betul-betul menyanggah kuil tersebut ialah balok lintang yang ditanam di dalam cadas. Balok tersebut dari bahan Tsuga chinensis dan direndam minyak tung, sehingga anti rayap dan erosi.
Kecirian lain kuil tersebut ialah memanfaatkan sepenuhnya gunung terjal dan perancangannya sangat unik. Orang mungkin bertanya, mengapa orang kuno membangun kul di atas gunung terjal. Pada kenyataannya, di bawah kuil tersebut adalah jalur perhubungan utama, dibangunnya kuil untuk memudahkan para penganut yang datang bersembahyang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar