Rabu, 09 Mei 2012

Cara Mengatasi Dilema




 Banyak sekali dilema yang dihadapkan kepada kita merupakan alat pemojok yang sebenarnya tidak mempunyai kekuatan. Ungkapan dilema yang paling kita ambil contoh adalah: Jika makan buah Simalakama bapak mati, jika tidak dimakan ibu yang mati. Agar pikiran kita tidak ikut terprovokasi, maka dilema itu dapat dinyatakan dalam bentuk lain yang mempunyai kongklusi yang berlainan dengan penampilan semula. Sebagai contoh adalah pendapat yang menyatakan bahwa hidup adalah penderitaan, hendak memaksakan keyakinan itu dengan mengajukan dilema kepada kita sebagai berikut:

Bila kita bekerja maka kita tidak bisa menyenangkan diri kita. Bila kita tidak bekerja, kita tidak mendapat uang. Jadi bekerja atau tidak bekerja, kita dalam keadaan tidak menyenangkan.


Dilema itu dapat kita jawab dengan kontra-dilema sebagai berikut:

Bila kita bekerja, kita mendapat uang. Bila kita tidak bekerja kita dapat bersenang-senang. Jadi bekerja atau tidak, selalu menyenangkan kita.

Contoh lain pernyataan dilema dapat dikemukakan sebagai berikut:

Bila kita berjuang maka kita tidak bisa bersenang-senang. Bila kita tidak berjuang, kita merasa bersalah. Jadi berjuang atau tidak berjuang kita berada dalam keadaan tidak menyenangkan

Dilema itu dapat kita jawab dengan kontra-dilema sebagai berikut:

Bila kita berjuang kita mendapat pahala. Bila kita tidak berjuang kita dapat menyenangkan diri sendiri. Jadi berjuang atau tidak berjuang, selalu dapat menyenangkan kita.

Bila pembicaraan kita cukup sampai di sini, maka tujuan kita belum tercapai yakni mengajak lawan bicara agar ikut berjuang. Bagaimana caranya?

Salah satu caranya adalah, pertama, meneliti alternatif pada permasalahan yang diketengahkan tidak sekedar dinyatakan, tetapi lebih dari itu. Pada masa lalu seorang pemimpin sering berkata: Pilihlah Soekarno atau biarlah negara ini hancur. Benarkan hanya Soekarno yang bisa menyelamatkan negara ini? Apakah tidak ada orang lain yang bisa menggantinya? Tentu saja ada, sehingga alternatifnya lebih dari dua.

Kedua, kita 'mengalihkan' konsentrasi lawan bicara dengan menambah alternatif pernyataan misalnya, perjuangan adalah sesuatu yang menyenangkan. Paragrafnya menjadi seperti ini:

Bila kita berjuang kita mendapat pahala. Mencari pahala dalam keadaan terpaksa adalah saeuatu tidak menyenangkan. Berjuang dengan perasaan menyenangkan lebih baik daripada berjuang dengan terpaksa.

Dengan demikian berjuang adalah satu-satunya alternatif pilihan karena berjuang adalah sesuatu yang menyenangkan..

Tidak ada komentar: