Tiap dari kita rakyat Indonesia pasti ingin wakilnya yang ada di
pemerintahan bertindak bijak dan dewasa, serta sensitif terhadap masalah
yang sedang dialami rakyatnya.
Tapi apa dikata.. wakil kita yang
seharusnya memprioritaskan rakyat sedikit banyak telah menyakiti hati
yang memilihnya dengan banyak dalih dan alasan yang dibuat-buat.seperti
yang terjadi pada - proyek-proyek yang ada di Gedung DPR/MPR yang
terjadi pada masa 5 tahun ini..
INGAT INI TERJADI HANYA DI DALAM DAN SEKITAR GEDUNG DPR SAJA,
BUKAN MENCAKUP PROYEK-PROYEK LAIN YANG DILUAR, JIKA SAJA SEMUA ITU
DIMUAT MUNGKIN JUDULNYA AKAN MENJADI 100 PROYEK MEWAH ANGGOTA DPR YANG
TIDAK MASUK AKAL...
1. Membeli kursi seharga 24 juta per biji
Pihak Sekretariat Jenderal DPR mengakui jika harga satu kursi
yang ada di ruang kerja Badan Anggaran atau Banggar DPR mencapai Rp 24
juta. Hal itu diketahui saat Badan Kehormatan DPR meninjau ruang kerja
Banggar yang terletak di Gedung Nusantara I, Selasa (17/1/2012).
Peninjauan dilakukan setelah BK mengklarifikasi Sekretaris Jenderal DPR
Nining Indra Saleh berserta jajarannya terkait berbagai proyek
kontroversial, salah satunya renovasi ruang Banggar. Ketika itu, salah
seorang anggota BK mengonfirmasi informasi yang beredar bahwa harga satu
kursi mencapai Rp 24 juta.
Kepala Biro Pemeliharaan Pembangunan
dan Instalasi DPR Sumirat membenarkan. "Ya, sekitar itu," kata dia.
Setidaknya, ada 85 anggota Banggar yang bakal membahas anggaran di ruang
senilai Rp 20,3 miliar itu. Jumlah itu belum termasuk tamu, yakni dari
pemerintah.
Kursi itu diimpor dari Jerman, sedangkan meja buatan
pabrik lokal. Menurut Sumirat, kursi itu adalah pilihan pimpinan Banggar
setelah pihak pelaksana memperlihatkan berbagai model kursi. Kursi
untuk empat pimpinan Banggar berbeda dengan kursi anggota atau tamu.
Kursi pimpinan lebih besar dan tinggi.
2. 1 Kalender DPR seharga Rp 116.000
Proyek-proyek janggal di lingkungan Dewan Perwakilan Rakyat terus
bermunculan. Setelah renovasi toilet dan ruang Badan Anggaran DPR, kini
terungkap proyek pengadaan kalender tahun 2012 untuk anggota DPR.
Uchok Sky Khadafi, Kordinator Investigasi dan Advokasi FITRA,
mengatakan, anggaran pengadaan kalender mencapai Rp 1,3 miliar. Dana itu
untuk membuat kalender yang dibagikan kepada 560 anggota DPR. Setiap
anggota, tambah Uchok, mendapat jatah sebanyak 20 kalender.
Berarti, dicetak sebanyak 11.200 lembar kalender. "Kalau melihat dari
bentuk kalender dengan foto-foto yang full colour dan jumlah halaman 13
lembar, perkiraan harga Rp 15.000 per lembar," kata dia di Kompleks DPR,
Senin (16/1/2012). Dengan demikian, lanjut Uchok, diperkirakan dana
untuk mencetak seluruh kalender hanya Rp 168 juta.
Dengan alokasi
dana Rp 1,3 miliar, tambahnya, harga satu lembar kalender sekitar Rp
116.000. "Pembelian kalender ini betul-betul kemahalan. Harga kalender
ini memperlihatkan kepada publik bahwa DPR sedang meledek publik dan
menyakiti hati rakyat," ujar Uchok.
3. Proyek Perawatan Gedung 500 M
Wakil Ketua Banggar DPR Tamsil Linrung, menjelaskan, gedung parlemen
dan rumah dinas anggota DPR memiliki anggaran perawatan Rp500 miliar.
Angka itu yang kemudian didetailkan Sekretariat Jenderal DPR.
"Itu semua pagu dibicarakan, ditetapkan, di Badan Anggaran," kata politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
"Tapi tidak boleh ada yang sendiri-sendiri memutuskan anggaran di
internal DPR kecuali badan yang sudah ditetapkan yaitu Badan Urusan
Rumah Tangga," katanya. Usulan renovasi, kata Tamsil, datang dari
Sekretariat Jenderal.
"Perawatan gedung ini dalam tanggung jawab
kesekjenan," katanya. Sekretariat Jenderal sendiri mengajukan anggaran
Rp800 miliar, namun Badan Anggaran hanya menyetujui Rp500 miliar. Pagu
anggaran Rp500 miliar itu, kata Tamsil, ditetapkan oleh Badan Anggaran
DPR. Badan Anggaran tidak menetapkan detail-detail seperti Rp20 miliar
untuk renovasi ruang Badan Anggaran.
"Mungkin satu-satu, tapi ada
pagunya Rp500 miliar perawatan gedung secara total." kata Tamsil. Dan
anggaran tersebut, kata Tamsil, tidak selalu habis terpakai. Karena itu,
kata Tamsil, wajar Ketua DPR Marzuki Alie tidak tahu anggaran detail
karena semua di bawah kewenangan Sekretaris Jenderal. "Sekjen itu yang
harus menyampaikan hasil tendernya segala macam. Dan kita tunggulah
laporan pertanggungjawaban Sekjen nanti.
" Namun, meski itu
kewenangan Sekjen, Tamsil melihat, proyek Rp20 miliar untuk renovasi
ruang Badan Anggaran tidak wajar. "Boleh saja itu tapi ruangannya berapa
luas? Kalau 100 meter, tidak wajar itu tapi dia kan sudah bilang harga
kursi Rp20 miliar, itu juga tidak wajar itu. Ya kan?" kata Tamsil.
Lempar Tanggung Jawab Proyek gila-gilaan di lingkungan DPR menjadi
sorotan tajam publik. Dalam sepekan terakhir, hampir semua media cetak,
elektronik dan situs online memberitakan tentang kejanggalan
proyek-proyek internal DPR. Masing-masing pihak di DPR seperti kebakaran
jenggot. Semua mengaku tidak tahu dan saling menyalahkan antara satu
dengan yang lainnya. Bahkan Ketua DPR Marzuki Alie yang bertindak
sebagai Ketua Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) mengaku tidak tahu.
Yang paling jadi kambing hitam adalah Sekjen DPR, Nining Indra Saleh.
BURT dan Banggar DPR melempar tanggung jawab terkait renovasi ruang
kerja Banggar di Gedung Nusantara I yang menghabiskan dana hingga Rp
20,3 miliar. Tamsil Linrung, pimpinan Banggar mengatakan, usulan
renovasi ruang Banggar datang dari Sekretariat Jenderal DPR, dan usulan
itu bersamaan seluruh usulan pembangunan DPR. "Pagunya Rp 500 miliar
untuk perawatan gedung secara total," kata Tamsil seusai rapat
konsultasi bersama Badan Kehormatan DPR, Senin (16/1).
Menurut
Tamsil, Banggar tak perlu tahu hingga detail usulan yang diajukan Setjen
DPR. "Banggar kan tidak detail. Itu kan anggaran ada perawatan gedung
ini, rumah dinas, dan perawatan lain-lain kan banyak," ucap politisi PKS
itu. Senada disampaikan Wakil BURT Refrizal. Meski tahu mengenai
alokasi dana sekitar Rp 20 miliar, menurut Refrizal, BURT tidak tahu
hingga detail usulan dari Setjen DPR itu. "Kita taunya glondongan.
Detailnya kita tidak," ucapnya. Ketika ditanya apakah wajar alokasi dana
Rp 20 miliar untuk renovasi ruangan, Refrizal menjawab, "Tanya ke
Sekjen (Nining Indra Saleh).
Dia kan yang usulkan ke kita. Dia
punya standarnya yang ukuran negara. Dia tahu banget detail aturan itu,"
kata politisi PKS itu. Sebelumnya, Nining mengatakan, pihaknya hanya
melaksanakan proyek yang sudah disetujui BURT. Atas pernyataan Nining
itu, Refrizal menjawab, "BURT itu tentukan kebijakannya.
Kalau
detailnya bukan di BURT. Tanggung jawabnya ada masing-masing. Betul dia
melaksanakan. Tapi yang mengusulkan dari pelaksanaan itu siapa? Yah dia
juga yang masukan. Masa BURT yang usulkan angka-angka itu. Dari mana
anggota DPR tahu?" Refrizal menambahkan, jika ada penyimpangan dalam
proyek itu, sebaiknya diusut. Sebagai Ketua Bidang Pengawasan di BURT,
Refrizal mengaku sudah meminta Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) untuk menginvestigasi proyek itu.
Peneliti Hukum dan
Politik Anggaran Indonesia Budget Center (IBC) Roy Salam mengatakan DPR
tidak pernah mau berniat memperbaiki kinerjanya sama sekali sampai detik
ini. "Kita lihat saja, mereka sering Kucing-kucingan dan lempar
tanggung jawab, di antara anggota DPR sndiri, parahnya antara BURT dan
setjen," tegas Roy.
4. Bagusin Toilet 200 M
Toilet-toilet di Gedung Nusantara I DPR yang rusak dan bau akan
disulap menjadi anyar alias baru. DPR mengalokasikan dana Rp 2 miliar
untuk merenovasi toilet. Humas Setjen DPR, Jaka Winarko, mengatakan dana
untuk renovasi toilet di Gedung Nusantara I DPR sudah dianggarkan
sebesar Rp 2 miliar pada tahun 2012.
Renovasi dianggap perlu
karena banyak toilet yang rusak dan bau. "Tetapi itu baru alokasi," kata
Jaka saat dihubungi detikcom, Selasa (3/1/2011). Dikatakan dia,
toilet-toilet yang berada di gedung berlantai 24 tersebut akan dicek
lagi. "Setiap lantai kan kalau tidak salah, ada 4 toilet. Nah, itu akan
kita cek semua mana yang perlu direnovasi, mana yang tidak. Setelah itu
yang perlu direnovasi, kita renovasi," ujar Jaka.
Menurut dia,
apabila nantinya renovasi toilet tidak mencapai Rp 2 miliar, maka sisa
anggaran akan dikembalikan ke kas negara. "Kalau ternyata anggarannya
tidak sampai Rp 2 miliar, misalnya Rp 1,5 miliar atau Rp 1 miliar
sisanya akan dikembalikan ke kas negara. Tetapi, kalau kurang akan ada
alokasi di anggaran perubahan," kata Jaka. Kapan renovasinya? "Belum.
Kita sedang mengecek dulu, sedang didata berapa yang perlu direnovasi,"
jawab Jaka.
5. Beli Parfum Buat Gedung DPR Seharga 1,59 M
Proyek-proyek janggal di DPR satu-persatu terus terkuak. Setelah
renovasi toilet Rp2 miliar dan ruang Badan Anggaran DPR Rp20 miliar,
selanjutnya terungkap pula nilai proyek pengharum ruangan DPR Rp1,59
miliar. Berikutnya proyek kelender Rp1,3 miliar, proyek layar wellcome
DPR Rp4,8 miliar, proyek makanan rusa Rp598 juta dan total nilai proyek
perawatan gedung DPR Rp500 miliar.
Eva Kusuma Sundari dari
Komisi III menilai kelakuan Sekjen yang mengadakan proyek tersebut hanya
membuat ulah dan memperlemah kinerja anggota dewan tanpa melakukan
analisis terlebih dahulu. "Saya belum lihat kalendernya, tapi saya dapat
info katanya itu muka Pak Marzuki semua, ya itu bisa dibilang kampanye
terselubung. Atau bisa dikatakan ada penjilatan yang dilakukan Sekjen,"
jelasnya.
Proyek pengadaan pengharum ruangan DPR nilai
totalnya Rp 1,6 miliar. Diambil dari situs resmi milik DPR, proyek ini
akan menggunakan anggaran tahun 2012. Nama paket proyeknya adalah
'PEWANGI (PENGHARUM RUANGAN) DPR RI'. Peserta perusahaan yang ingin ikut
bersaing dalam tender ini harus memiliki SIUP Kecil dan Sertifikat
Kompetensi dan Kualifikasi Peruasahaan bidang Jasa Lainnya, sub bidang
Jasa Pembersih (Cleaning Service) dengan kualifikasi Kecil yang masih
berlaku. Selain itu, perusahaan tersebut juga harus memiliki Sertifikat
Asosiasi Perusahaan Klining Servis Indonesia (APKLINDO) yang masih
berlaku.
Pengambilan dokumen lelang dilakukan pada 28 November
2011 pukul 10:00 s/d 6 Desember 2011 pukul 12:00 bertempat di Bagian
Gedung dan Pertamanan Gedung Mekanik, Lantai 2, gedung DPR. Sedangkan
untuk proyek makanan dan perawatan rusa yang jumlahnya cuma belasan ekor
saja di taman DPR dialokasikan dana Rp598 juta. Dari situs DPR
dikatakan perusahaan yang boleh bersaing untuk mendapatkan proyek ini
harus memiliki SIUP Kecil dan Sertifikat Kompetensi dan Kualifikasi
Perusahaan bidang Jasa Lainnya, sub bidang Obat-Obatan Tanpa Resep,
pakan ternak dengan kualifikasi Kecil yang masih berlaku.
Pengambilan dokumen lelang dilakukan pada 30 November 2011 pukul 10:00
s/d 8 Desember 2011 pukul 12:00 bertempat di Bagian Gedung dan
Pertamanan Gedung Mekanik, Lantai 2, gedung DPR. Dihubungi terpisah,
Humas Setjen DPR Jaka Winarko mengaku tidak mengetahui soal proyek
tersebut. Namun dia menegaskan rusa-rusa tersebut masih ada di taman
Gedung DPR. Sementara itu dialokasikan dana Rp4,8 miliar untuk proyek
dua unit layar LED yang dipajang di depan Gerbang DPR. Layar-layar itu
akan menampilkan wajah-wajah pimpinan DPR serta aneka kegiatan anggota
dewan. Pantauan Senin (16/1), satu unit layar LED berukuran 3x2 meter
sudah terpasang di atas tiang bulat setinggi tiga meter di halaman luar
Gedung DPR, Senayan, Jakarta.
Sedangkan satu unit lainnya
masih dalam pengerjaan. Di lokasi yang sama, sebelumnya sudah dipasang
gambar pimpinan DPR dalam sebuah papan ukuran 3x2 meter. Tetapi, papan
itu hanya dipasang untuk acara-acara tertentu, misalnya ucapan selamat
Tahun Baru, Idul Fitri dan Natal. Sebentar lagi, pengendara yang
melintas di Jalan Gatot Subroto dari arah Semanggi maupun Slipi dapat
menyaksikan gambar-gambar pimpinan DPR. Pengguna jalan juga bisa
mengetahui kegiatan-kegiatan DPR yang akan dimunculkan dalam layar ini.
Sumber di internal Setjen DPR, mengatakan proyek ini senilai Rp 4,8
miliar.
Menurut dia, tidak ada mekanisme tender yang digelar
terbuka menyangkut proyek ini. Sumber itu mengatakan, MPR dengan proyek
serupa hanya menghabiskan anggaran Rp 2,1 miliar. Ketua DPR Marzuki Alie
tidak membantah proyek ini tidak melalui tender. Padahal sesuai UU,
proyek di atas Rp200 juta harus melalui mekanisme tender. Namun, Setjen
DPR mengabaikan peringatan Marzuki. "LED sudah berkali-kali saya
ingatkan, tapi spesifikasi yang dibuat, diatur (sedemikian rupa)
sehingga tidak bisa tender. Padahal barangnya umum," kata Marzuki saat
dikonfirmasi. Memang tidak ada dokumen tender yang dibuka Setjen DPR
menyangkut proyek ini, termasuk di website lpse.dpr.go.id, tempat
pelelangan proyek DPR diumumkan.
6. Karpet Ruang Banggar Rp. 5 Juta Permeter
JAKARTA-Ruang rapat baru Badan Anggaran DPR senilai Rp 20 miliar
itu, cukup banyak menggunakan barang impor. Selain menggunakan
seratusan kursi impor, lantai ruangan seluas 400 meter persegi itu juga
dilapisi karpet impor yang permeternya Rp5 juta. Menurut di internal
Setjen DPR, merk karpet ruang Banggar DPR itu adalah Milliken. Untuk
mendapatkan karpet seharga Rp 5 juta per meter itu, harus indent hingga 4
bulan.
Anggaran karpet ini menduduki porsi cukup besar di
samping pengadaan kursi yang juga impor. Pihak Setjen DPR enggan
memaparkan rincian pembelanjaan proyek pembangunan ruang Banggar DPR.
"Saya kira tidak, itu dokumen negara," tutur Kepala Biro Harbangin DPR,
Sumirat, kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (12/1).
Namun ia tak membantah karpet di ruang rapat baru Banggar DPR merupakan
barang kualitas wahid. Karena memang ditujukan untuk kenyamanan anggota
anggota parlemen yang adalah wakil rakyat.
Ruang rapat baru
Badan Anggara DPR telah dilelang pada bulan Oktober 2011 lalu. Perkiraan
harga proyek keseluruhan Rp 20.370.893.000. Pembangunan ruang baru
Banggar tidak banyak yang tahu karena dilaksanakan pada masa reses DPR,
periode Desember 2011 lalu. Dan saat anggota Banggar DPR memasuki masa
sidang baru, anggota Banggar DPR akan menempati ruangan baru.
7. Layar 'Welcome to DPR' Seharga Rp 4,8 Miliar
Jakarta - Dua unit layar LED seharga Rp 4,8 miliar bakal mejeng di
depan Gerbang DPR. Layar-layar itu akan menampilkan wajah-wajah pimpinan
DPR serta aneka kegiatan anggota dewan. Pantauan detikcom, Senin
(16/1/2012), satu unit layar LED berukuran 3x2 meter sudah terpasang di
atas tiang bulat setinggi 3 meter di halaman luar Gedung DPR, Senayan,
Jakarta.
Sedangkan satu unit lainnya masih dalam pengerjaan. Di lokasi yang
sama, sebelumnya sudah dipasang gambar pimpinan DPR dalam sebuah papan
ukuran 3x2 meter. Tetapi, papan itu hanya dipasang untuk acara-acara
tertentu, misalnya ucapan selamat Tahun Baru, Idul Fitri dan Natal.
Sebentar lagi, pengendara yang melintas di Jalan Gatot Subroto dari arah
Semanggi maupun Slipi dapat menyaksikan gambar-gambar pimpinan DPR.
Pengguna jalan juga bisa mengetahui kegiatan-kegiatan DPR yang akan
dimunculkan dalam layar ini. Sumber detikcom di internal Setjen DPR,
mengatakan proyek ini senilai Rp 4,8 miliar.
Menurut dia,
tidak ada mekanisme tender yang digelar terbuka menyangkut proyek ini.
Sumber itu mengatakan, MPR dengan proyek serupa hanya menghabiskan
anggaran Rp 2,1 miliar. Ketua DPR Marzuki Alie tidak membantah proyek
ini tidak melalui tender. Padahal sesuai UU, proyek di atas Rp 200 juta
harus melalui mekanisme tender. Namun, Setjen DPR mengabaikan peringatan
Marzuki. "LED sudah berkali-kali saya ingatkan, tapi spesifikasi yang
dibuat, diatur (sedemikian rupa) sehingga tidak bisa tender. Padahal
barangnya umum," kata Marzuki saat dikonfirmasi detikcom. Memang tidak
ada dokumen tender yang dibuka Setjen DPR menyangkut proyek ini,
termasuk di website lpse.dpr.go.id, tempat pelelangan proyek DPR
diumumkan.
8. Tempat Parkir Motor DPR Senilai Rp 3 M
Pembangunan parkiran motor di kawanan Gedung DPR telah separuh jalan.
Seperti apa pembangunan tempar parkir yang menelan dana hingga Rp 3
miliar itu?. Pantauan detikcom di lokasi pembangunan parkiran motor baru
DPR di Gedung DPR, Senayan, Senin (9/1/2012), proyek pembangunan
parkiran mahal ini tengah dalam pengerjaan. Tak ada pengumuman tender
telah usai ke media.
Namun puluhan tiang penyangga telah terpasang rapih di atas
lantai yang sudah dicor setebal 10 cm. Lokasi pengerjaan proyek ditutupi
seng alumunium setinggi 3 meter. Membuat tak banyak orang tahu ada
proyek senilai Rp 3 miliar sedang berlangsung. Puluhan pegawai yang
bekerja juga tengah mempersiapkan tiang pancang atas untuk cor lantai
kedua. Beberapa pekerja tengah memotong-motong besi untuk persiapan cor
lantai kedua. Sementara beberapa pegawai tampak sedang beristirahat
tiduran di tenda terpal biru yang dipasang di tengah-tengah lokasi
pengerjaan proyek.
Sang mandor tampak mengawasi dari pinggiran
sembari mengacung-acungkan tangan memberi komando. Suara bising,
dentuman palu, alat las, dan gergaji besi terdengar sampai gedung DPD
RI. Para penikmat santap siang di Pujasera DPR juga cukup terganggu
dengan pengerjaan proyek akhir tahun DPR ini.
Parkiran motor
seharga Rp 3 miliar ini dibangun di atas tanah seluas lapangan sepak
bola di depan Gedung DPD RI. Pihak Setjen DPR telah menyatakan parkiran
motor ini akan dibangun setinggi dua lantai untuk menampung 2.000 motor
staf anggota DPR dan Setjen DPR. Untuk sementara waktu parkiran motor
staf DPR dipindahkan ke belakang Gedung Nusantara I DPR. Parkiran
dadakan itu tanpa atap di lapangan di dekat pintu masuk belakang Gedung
DPR.
9. Beli Mesin Foto copy 4 M
Mesin Fotocopy DPR Dibandrol Rp 4 Miliar 21 Jan 2012 Diputuskan Pleno
BURT, Diteken Pius Lustrilanang Kebobrokan pengadaan proyek-proyek di
DPR satu per satu mulai terbuka.
Belum tuntas kontroversi renovasi
toilet Rp 2 miliar dan renovasi ruang rapat Badan Anggaran Rp 20,3
miliar, kini terkuak pembelian mesin fotocopy seharga Rp 4 miliar.
ANGGARAN pembelian mesin fotocopy sebesar Rp 4 miliar itu disetujui
bersama anggaran lainnya untuk pembelian mobil Toyota Camry dan
pembangunan lapangan futsal Kompleks DPR Kalibata, Jakarta Selatan.
Sehingga total anggaran yang disahkan dalam satu surat keputusan itu
sebesar Rp 6,5 miliar.
Anggaran tersebut diputuskan dalam
rapat pleno Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR bersama Sekretaris
Jenderal DPRtentang realokasi anggaran pembangunan gedung bam DPR.
Keputusan itu dituangkan dalam surat keputusan rapat Nomor 162/
BURT/R.PLENO/MS.IV/07/ 2011. Surat keputusan tertanggal 22 Juli 2011-
itu ditandatangi Wakil Ketua BURT Pius Lustrilanang. Rincian anggaran
sebesar Rp 6,5 miliar itu dialokasikan untuk tiga item. Yaitu, untuk
pembelian mesin fotocopy seharga Rp 4.026.000.000, satu unit Toyota
Camry seharga Rp 470.500.000,dan pembangunan lapangan futsal di rumah
dinas DPR Kalibata seharga Rp 2 juta.
Anggota DPR yang juga
teman satu fraksi Pius Lustrilanang di Fraksi Gerindra, Martin Hutabarat
membenarkan adanya pengadaan barang-barang tersebut. Namun satu-satunya
yang dipakai adalah mesin fotocopy. Menurut Martin, pembelian mesin
fotocopy tersebut sangat berlebihan dan tidak diperlukan. "Sangat
berlebihan, fotocopy di Komisi III saja masih sangat baik dan sangat
layak dan bebannya pun tidak terlalu berat. Tapi tanpa ada permitaan
dari Komisi IH langsung dikirimkan, padahal tidak perlu. Biayanya besar
sekali,pemborosan!," ujar Martin kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Komentar minus juga dilontarkan anggota Komisi II DPR dari Fraksi PKS,
Gamari Sutrisno. Dia mengatakan, selama ini pengadaan barang dan jasa di
DPR memang kerap tidak transparan dan akuntable. Dia mengaku, tidak
tahu persis tentang pengadaan fotocopy seharga Rp 4 miliar itu. "Diduga
kuat terjadi korupsi karena terindikasi bahwa kualitas barang dan jasa
yang tidak seimbang dengan harga. Artinya bahwa kewajaran harga
sepatutnya dipertanyakan.
Untuk itu perlu dilakukan audit
investigatif secara menyeluruh," paparnya kepada Rakyat Merdeka,
kemarin. Gamari menambahkan, meskipun tidak mengetahui adanya mesin
fotocopy baru, dirinya menganggap pengadaan barang baru merupakan
pemborosan keuangan negara. "Sampai sekarang saya belum terima informasi
mengenai hal itu, tetapi jika ada pengadaan barang baru, maka telah
terjadi pemborosan, karena yang lama masih digunakan," ujarnya. Dia
menambahkan, yang perlu dipertanyakan saat ini adalah biaya pemeliharaan
gedung yang cukup besar tapi ternyata banyak yang tidak terpelihara.
"Seperti di lantai empat dekat ruangan saya, bocor tapi tidak
diperbaiki," pungkasnya.
10. Proyek Rp 598 Juta untuk Beri Makan Rusa di DPR
Tahun 2008 lalu, belasan rusa didatangkan untuk menghiasi Gedung
DPR. Namun seiring waktu berjalan, kabar soal rusa itu tidak pernah
terdengar. Justru yang ada adalah adanya tender untuk pemeliharaan
binatang bertanduk cantik itu. Diambil dari situs resmi milik DPR, Senin
(16/1/2012), proyek ini akan menggunakan anggaran tahun 2012. Nama
paket proyeknya adalah 'PEMELIHARAAN RUSA, PERAWATAN MEDIS RUSA DAN
BIAYA MAKAN RUSA DPR RI'. Anggaran yang dialokasikan adalah Rp 598 juta.
Perusahaan yang boleh bersaing untuk mendapatkan proyek ini
harus memiliki SIUP Kecil dan Sertifikat Kompetensi dan Kualifikasi
Perusahaan bidang Jasa Lainnya, sub bidang Obat-Obatan Tanpa Resep,
pakan ternak dengan kualifikasi Kecil yang masih berlaku. Pengambilan
dokumen lelang dilakukan pada 30 November 2011 pukul 10:00 s/d 8
Desember 2011 pukul 12:00 bertempat di Bagian Gedung dan Pertamanan
Gedung Mekanik, Lantai 2, gedung DPR. Dihubungi terpisah, Humas Setjen
DPR Jaka Winarko mengaku tidak mengetahui soal proyek tersebut.
Namun dia menegaskan rusa-rusa tersebut masih ada di taman Gedung DPR.
"Jumlah pastinya saya tidak tahu, karena kan sudah beranak," kata Jaka
kepada detikcom. Tentang proyek perawatan rusa itu, Jaka juga tidak tahu
menahu. "Detailnya saya nggak tahu, apakah proyek itu sudah berlangsung
atau tidak," ujarnya
(nyebur)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar