Kabah
adalah salah satu bangunan tertua di dunia yang berada di tengah-tengah
Masjidil Haram. Setiap orang yang melihatnya dengan keikhlasan dan
ketulusan pasti akan berlinang air mata. Suara zikir dan doa orang yang
bertawaf mengelilinginya menjadi pesona tersendiri bagi orang yang
merasakannya.
Bangunan Kabah mempunyai tingginya sekitar 15 meter, panjang sisi
sebelah utara 9.92 meter, sisi sebelah barat 12.15 meter, sisi sebelah
selatan 25.10 meter, dan sisi sebelah timur 11.88 meter.
Pintu Kabah di sisi sebelah timur dengan tinggi sekitar 2 meter
dari tanah, terbuat dari emas murni dan bertuliskan ayat-ayat Alquran.
Pada masa pemerintahan Khalid ibn ‘Abd Al Aziz, pintu ini dibuat dari
bahan emas.
Sebelumnya, yaitu semenjak kekhalifahan Sultan Sulaiman Al Qanuni
(959 H), pintu Ka'bah dibuat dari lempengan perak berlapiskan emas,
terutama daun pintu dan gemboknya.
Dinding Kabah bagian bawah ditopang dengan tembok kuat yang terbuat
dari batu marmer. Tembok itu melingkar mengitari Ka'bah dan disebut
Syadzarwan. Tinggi Syadzarwan di bagian utara Ka‘bah mencapai 50 cm
dengan lebar 39 cm, di bagian barat mencapai 27 cm dengan lebar 80 cm,
di bagian selatan mencapai 24 cm dengan lebar 87 cm, sedangkan di bagian
timur mencapai 22 cm dengan lebar 66 cm.
Menurut mazhab Syafi'i dan Maliki, tembok Syadzarwan termasuk
bagian Kabah sehingga jamaah haji yang bertawaf harus berada di luarnya.
Pendapat sebaliknya dikatakan oleh mazhab Hanafi. Me nurut mereka,
tembok Syadzarwan bukan merupakan bagian Ka’bah.
Adapun mazhab Hanbali memilih berada di antara dua pendapat di
atas. Menurut mereka, menjauhi tembok itu sangat dianjurkan, tetapi
seandainya jamaah melakukan tawaf di dalamnya maka tawafnya tetap sah
dan tidak sampai rusak.
Yang jelas, belum diketahui secara pasti kapan pertama kali tembok
Syadzarwan dibangun. Setiap kali Masjidil Haram dipugar, tempat-tempat
di sekitarnya juga dipugar. Yang pasti, tembok Syadzarwan mengalami
pemugaran pada tahun 542 H, 636 H, 660 H, dan 1010 H.
Riwayat Kabah
Kabah awalnya dibangun oleh Adam dan kemudian anak Adam, Syist,
melanjutkannya. Saat terjadi banjir Nabi Nuh, Kabah ikut musnah dan
Allah memerintahkan Nabi Ibrahim membangun kembali. Al-Hafiz Imaduddin
Ibnu Katsir mencatat riwayat itu berasal dari ahli kitab (Bani Israil),
bukan dari Nabi Muhammad.
Kabah yang dibangun Ibrahim pernah rusak pada masa kekuasaan
Kabilah Amaliq. Kabah dibangun kembali sesuai rancangan yang dibuat
Ibrahim tanpa ada penambahan ataupun pengurangan. Saat dikuasai Kabilah
Jurhum, Kabah juga mengalami kerusakan dan dibangun kembali dengan
meninggikan fondasi. Pintu dibuat berdaun dua dan dikunci.
Di masa Qusai bin Kilab, Hajar Aswad sempat hilang diambil oleh
anak-anak Mudhar bin Nizar dan ditanam di sebuah bukit. Qusai adalah
orang pertama dari bangsa Quraisy yang mengelola Ka'bah selepas Nabi
Ibrahim. Di masa Qusai ini, tinggi Ka'bah ditambah menjadi 25 hasta dan
diberi atap. Setelah Hajar Aswad ditemukan, kemudian disimpan oleh
Qusai, hingga masa Ka'bah dikuasai oleh Quraisy pada masa Nabi Muhammad.
Nabi Muhammad membantu memasangkan Hajar Aswad itu pada tempat
semestinya.
Dari masa Nabi Ibrahim hingga ke bangsa Quraisy terhitung ada 2.645
tahun. Pada masa Quraisy, ada perempuan yang membakar kemenyan untuk
mengharumkan Ka'bah. Kiswah Ka'bah pun terbakar karenanya sehingga juga
merusak bangunan Ka'bah. Kemudian, terjadi pula banjir yang juga
menambah kerusakan Ka'bah. Peristiwa kebakaran ini yang diduga membuat
warna Hajar Aswad yang semula putih permukaannya menjadi hitam.
Untuk membangun kembali Kabah, bangsa Quraisy membeli kayu bekas
kapal yang terdampar di pelabuhan Jeddah, kapal milik bangsa Rum. Kayu
kapal itu kemudian digunakan untuk atap Kabah dan tiga pilar Kabah.
Pilar Kabah dari kayu kapal ini tercatat dipakai hingga 65 H. Potongan
pilarnya tersimpan juga di museum.
Empat puluh sembilan tahun sepeninggal Nabi (yang wafat pada 632
Masehi atau tahun 11 Hijriah), Ka'bah juga terbakar. Kejadiannya saat
tentara dari Syam menyerbu Makkah pada 681 Masehi, yaitu di masa
penguasa Abdullah bin Az-Zubair, cucu Abu Bakar, yang berarti juga
keponakan Aisyah. Kebakaran pada masa ini mengakibatkan Hajar Aswad yang
berdiameter 30 cm itu terpecah jadi tiga.
Untuk membangun kembali, seperti masa-masa sebelumnya, Kabah
diruntuhkan terlebih dulu. Abdullah AzZubair membangun Ka'bah dengan dua
pintu. Satu pintu dekat Hajar Aswad, satu pintu lagi dekat sudut Rukun
Yamani, lurus dengan pintu dekat Hajar Aswad. Abdullah bin Az-Zubair
memasang pecahan Hajar Aswad itu dengan diberi penahan perak. Yang
terpasang sekarang adalah delapan pecahan kecil Hajar Aswad bercampur
dengan bahan lilin, kasturi, dan ambar. Jumlah pecahan Hajar Aswad
diperkirakan mencapai 50 butir.
Pada 693 Masehi, Hajjaj bin Yusuf Ath-Taqafi berkirim surat ke
Khalifah Abdul Malik bin Marwan (khalifah kelima dari Bani Umayyah yang
mulai menjadi khalifah pada 692 Masehi), memberitahukan bahwa Abdullah
bin Az-Zubair membuat dua pintu untuk Ka'bah dan memasukkan Hijir Ismail
ke dalam bangunan Ka'bah.
Hajjaj ingin mengembalikan Kabah seperti di masa Quraisy; satu
pintu dan Hijir Ismail berada di luar bangunan Ka'bah. Maka, oleh
Hajjaj, pintu kedua--yang berada di sebelah barat dekat Rukun
Yamani--ditutup kembali dan Hijir Ismail dikembalikan seperti semula,
yakni berada di luar bangunan Ka'bah.
Akan tetapi, Khalifah Abdul Malik belakangan menyesal setelah
mengetahui Ka'bah di masa Abdullah bin AzZubair dibangun berdasarkan
hadis riwayat Aisyah. Di masa berikutnya, Khalifah Harun Al-Rasyid
hendak mengembalikan bangunan Ka'bah serupa dengan yang dibangun
Abdullah bin Az-Zubair karena sesuai dengan keinginan Nabi. Namun, Imam
Malik menasihatinya agar tidak menjadikan Ka'bah sebagai bangunan yang
selalu diubah sesuai kehendak setiap pemimpin. Jika itu terjadi, menurut
Imam Malik, akan hilang kehebatannya di hati kaum Mukmin.
Pada 1630 Masehi, Kabah rusak akibat diterjang banjir. Sultan Murad
Khan IV membangun kembali, sesuai bangunan Hajjaj bin Yusuf hingga
bertahan 400 tahun lamanya pada masa pemerintahan Sultan Abdul Abdul
Aziz. Sultan inilah yang memulai proyek pertama pelebaran Masjidil
Haram.
Replika mushaf di Museum ini tersimpan pula replika Quran mushaf
Usmani yang bacaannya, susunan surah dan ayatnya, serta jumlah surah dan
ayatnya dipakai sebagai panduan hingga sekarang. Yang berbeda cuma
bentuk hurufnya.
Pada masa Khalifah Usman bin Affan (35 H) dibuatlah standardisasi
penulisan Quran. Di masa itu, sahabatsahabat Nabi memiliki mushaf yang
berbeda satu sama lain, baik dalam hal bacaan, susunan surah dan ayat,
maupun jumlah surah dan ayat.
Mushaf yang dimiliki Ibnu Mas'ud, misalnya, tidak menyertakan Surat
AlFatihah dan susunan surat yang berbeda. Surah keenam bukanlah Surah
Al-An'am, melainkan Surah Yunus.
Quran Ali bin Abi Thalib juga tak memiliki Surah Al-Fatihah. Ali
juga tak memasukkan surah ke-13, 34, 66, dan 96 ke mushafnya. "Ukuran
mushaf Usman yang asli berbeda dari yang ini. Ini hanya duplikat,'' ujar
Abdul Rahman.
Ada Apa di Dalam Kabah
Tak sembarang orang yang bisa memasuki Kabah. Oleh sebab itu,
banyak yang bertanya, apa sebenarnya yang ada dalam Kabah itu ? Apa
benar dalam Kabah masih tersimpan berhala-berhala zaman dulu sebagaimana
yang dituduhkan kaum perusak Islam?
Sebagaimana yang diperlihatkan dokumenter Kerajaan Arab Saudi, isi
dalam Kabah hanya berupa ruangan kosong. Bagian dalam Kabah terdapat
tiga pilar dari kayu gaharu terbaik. Panjang satu pilar sekitar
seperempat meter atau setengah meter berwarna campuran antara merah dan
kuning. Ketiga pilar ini berjejer lurus dari utara ke selatan.
Pada awal abad ini (tahun 2000-an), bagian bawah ketiga pilar retak
yang kemudian diperbaiki dengan diberi kayu melingkar di sekelilingnya.
Ketiga pilar ini dibuat atas inisiatif Abdullah ibn Al Zubair tiga abad
yang lalu. Meski demikian, ketiganya masih tetap kokoh hingga saat
ini.
Atap dalam Kabah penuh dengan ukiran-ukiran mengagumkan, selain
diberi lampu-lampu indah yang terbuat dari emas mumi dan dari
perhiasan-perhiasan indah lainnya. Lantai Ka'bah dibuat dari batu pualam
putih.
Dinding Kabah bagian dalam dibalut dengan batu pualam war na-warni
dan dihiasi dengan ukiran bergaya Arab. Terdapat tujuh papan yang
menempel di dinding ini yang bertuliskan nama-nama orang yang pernah
merenovasi atau menambahkan sesuatu yang batu di dalam Ka'bah atau
Masjidil Haram.
Dikatakan bahwa tembok Syadzarwan adalah bangunan tambahan pada
Kabah yang dikerjakan oleh kaum Quraisy. Menurut mazhab Syafi'i dan
Maliki, tembok Syadzarwan termasuk bagian Ka'bah, sehingga jamaah haji
yang bertawaf harus berada di luarnya. Pendapat sebaliknya dikatakan
oleh mazhab Hanafi. Menurut mereka, tembok Syadzarwan bukan merupakan
bagian Ka’bah.
Adapun mazhab Hanbali memilih berada di antara dua pendapat di
atas. Menurut mereka, menjauhi tembok itu sangat dianjurkan, tetapi
seandainya jamaah melakukan tawaf di dalamnya maka tawafnya tetap sah
dan tidak sampai rusak.
Yang jelas, belum diketahui secara pasti kapan pertama kali tembok
Syadzarwan dibangun. Setiap kali Masjidil Haram dipugar, tempat-tempat
di sekitarnya juga dipugar. Yang pasti, tembok Syadzarwan mengalami
pemugaran pada tahun 542 H, 636 H 660 H, dan 1010 H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar